DAFTAR ISI CD VOLUME 1

Kami menyediakan CD Presentasi Bahan khotbah dalam format Powerpoint yang dapat Anda gunakan sebagai bahan khotbah. Materi terdiri dari 10 Judul Bahan khotbah, terdiri dari ratusan slide yang dapat Anda gunakan untuk mendukung pelayanan firman. Selain itu Anda dapat juga memodifikasinya sesuai dengan keperluan.

Berikut ini adalah Daftar Judul 10 Presentasi/bahan khotbah dalam format Powerpoint yang ada dalam CD Volume 1

  1. Keluarga Yang Diberkati Dan Menjadi Berkat
  2. Anak Kurangajar karena Kurang DiAjar
  3. Anak Tuhan Yang Mempunyai Tujuan
  4. Komitmen Dan Penampilan
  5. Pemimpin Tanggap Dan Tangguh
  6. Kuasa Allah Membentuk Hamba Tuhan Tanggap dan Tangguh
  7. Memanage Emosi
  8. Kepemimpinan Situasional
  9. Gereja Mula-Mula
  10. Sikap Anak Tuhan Menghadapi Tantangan dan Perubahan Jaman

Untuk mendapatkan CD BAHAN KHOTBAH VOLUME. 2 ini, Silakan kirim persembahan Saudara sebesar Rp.25.000,00 melalui :
- BCA No.rek 1540241577 a/n. Agus Susanto
- Wesel Pos ke:
PELAYANAN GERBANG KENCANA
PO.Box 118 TEMANGGUNG 56200
JAWA TENGAH


Harap segera konfirmasi via sms ke.085228085470 atau
Email: solusi_sukses2007@yahoo.co.id bila sudah mengirim dana

Tuhan Yesus Memberkati

Salam dan Doa

Pdt. H.Agus Susanto

Related Posts:

Takut akan Tuhan, Memerdekakan Kita

Pdt. Bigman Sirait

TAKUT kepada Tuhan merupakan tuntutan Tuhan. Sebagaimana tertulis dalam Ulangan 6: 1-3, umat dituntut untuk takut kepada Tuhan, bukan saja satu generasi tetapi semua generasi, artinya bukan hanya orang tua tetapi juga anak-anak. Maka orang tua yang mewarisi rasa takut yang benar kepada Tuhan harus menurunkannya kepada anak-anaknya. Tetapi takut di sini bukan dalam pengertian “ngeri”, tetapi hormat kepada Tuhan. Adalah sangat mengerikan ketika kita tidak lagi punya rasa takut kepada Tuhan. Benak kita yang dipenuhi dosa membuat tidak ada lagi ruang untuk takut kepada Tuhan.
Mengapa kita harus takut kepada Tuhan? Pertama karena Tuhan yang menciptakan kita. Sudah pada tempatnya kita takut pada-Nya, karena Dia bukan saja pencipta, tetapi juga pemelihara. Jikalau Dia tidak mau memelihara hidup kita, mau apa kita? Dia Sang Pencipta yang setia di dalam pemeliharaan-Nya, maka Dia menuntut kita untuk takut kepada Dia. Bukankah itu logis? Tanpa diminta pun sudah seharusnya kita takut kepada Tuhan. Kedua, Dia adalah pencipta dan pemelihara tetapi juga pencemburu. Pengertian pencemburu di sini adalah Dia tidak mau melihat kita berbuat dosa, Dia Allah yang menuntut kita hidup kudus di hadapan-Nya sebagaimana Dia kudus adanya. 
Takut akan Allah itu menum-buhkembangkan sikap hormat yang akan memberikan warna keagamaan yang absolutely benar. Ketika agama-agama menampilkan keberingasan, tidak lagi mampu mengekspresikan cinta kasih seperti tuntutan Tuhan, hidup suci seperti tuntutan Tuhan, patut dipertanyakan apakah agama itu betul-betul takut kepada Tuhan, atau hanya sekadar semboyan dan slogan mengatakan takut kepada Tuhan, tetapi pada hakekatnya tidak. Takut akan Tuhan menjadi penting dalam hidup kita, karena tanpa Dia hidup kita tidak mempunyai arah. Tanpa Dia, pergumulan hidup akan menjadi kepahitan dan kesakitan yang menghimpit dan menghancurkan kita. Tetapi di dalam takut akan Allah, kita akan menikmati pemeliharaan itu, yang artinya juga menikmati kehidupan. Di situlah nikmatnya kebersamaan kita dengan Dia. 
Takut akan Allah tidak boleh dalam gelap mata yang sekadar sebuah statemen tetapi tidak dipahami secara utuh apa maksudnya. Takutlah akan Tuhan Allahmu karena engkau layak takut kepada Dia, yang sudah menjadikan dan memeliharamu, sehingga tiada satu hari akan bergulir jikalau bukan karena campur tangan Tuhan. Tiada sesuatu pun yang hebat dalam diri kita. Orang yang takut akan Tuhan akan melakukan apa yang Tuhan suka. Orang yang takut Tuhan akan memelihara hubungan baiknya dengan Tuhan melalui perenungan, doa, saat teduh yang membawa dia semakin dekat kepada Tuhan. 
   
Tidak membuat bodoh
Orang yang takut Tuhan akan memiliki hidup yang sangat menyenangkan, menggembirakan semua orang, karena dia men-demonstrasikan buah-buah di dalam kehidupannya. Takut akan Tuhan tidak akan membuat kita menjadi bodoh, kehilangan gairah hidup. Takut akan Tuhan tidak membuat kita terkurung, tetapi justru memerdekakan kita. Takut akan Tuhan akan memberikan berbagai nuansa dan kegembiraan dalam hidup kita. Takut akan Tuhan menolong kita menemukan kesejatian hidup. Alkitab berkata: berbahagialah orang yang takut akan Tuhan, karena takut akan Tuhan mendatangkan kebahagiaan dan pemahaman dan penge-tahuan. Takut akan Tuhan harus menjadi kekayaan di dalam hidup kita, menjadi kegairahan bahwa Tuhan itu hidup, membimbing dan menuntun kita. Takut akan Tuhan membuat kita merdeka dari rasa takut, karena takut Tuhan secara positif menghilangkan rasa takut atas apa pun, termasuk dalam perjalanan menyongsong masa depan. 
Bagi orang yang takut Tuhan, kebahagiaan itu bukan bergantung pada berapa besar ekonomi, berapa sehatnya, tingginya posisi atau jabatan, tetapi tergantung pada berapa takutnya kita pada Tuhan. Maka Tuhan akan memberikan kita kekuatan di dalam kesakitan. Tuhan akan memberikan rasa syukur yang limpah. Ketika kita berlimpah dalam hidup, itu bukan masalah, karena ketika kurang saja pun kita mampu bahagia. Maka kurang, tambah, sehat, sakit, naik turun, itu hanya menjadi dinamika di dalam kehidupan. Tetapi pada inti dan hakekatnya tetap menaruh peng-harapan pada Tuhan. Maka jangan lari dari pimpinan Tuhan. Lakukan kehendak-Nya. Takutlah akan Dia, karena itu akan menjamin bukan hanya dirimu tetapi anak-cucumu, serta memberi ketenangan dan kelegaan. 
Banyak orang, hanya untuk menunjukkan keberanian, mende-monstrasikan tidak takut akan Tuhan, dengan cara membuat orang takut pada mereka. Mereka tampil garang, menekan dan menghimpit orang lain. Tapi mereka tidak sadar dia sudah membunuh dan menghabiskan dirinya, kehi-langan cinta kasih dari Tuhan. Orang-orang yang takut Tuhan tidak merasa perlu untuk membuat orang lain takut. Justru orang yang takut Tuhan menimbulkan rasa suka dan senang bagi orang lain, karena dia diliputi dan hidup dalam kebenaran. Orang tua yang takut Tuhan akan memberikan ketenangan bagi batin anak-anaknya. Sebaliknya, suami-suami yang tidak takut Tuhan hanya menciptakan rasa takut terhadap istrinya. Orang-orang tua yang tidak takut Tuhan akan menciptakan malapetaka di dalam rumah tangganya. Anak-anak hanya tunduk karena rasa takut. Jadi kalau mau bahagia keluargamu, takutlah akan Tuhan.
Jadi, camkan dan pikirkan baik-baik. Jangan habiskan rasa takutmu pada tempat yang salah, seperti: takut pada masa depan, takut pada kehidupan. Tetapi habiskanlah rasa takutmu pada tempat yang pas dan tepat: takut akan Tuhan dengan hidup memuliakan nama-Nya. Ini kata kunci dalam kebahagiaan. Karena itu takutlah akan Tuhan, karena memang itulah pusat kebahagiaan dalam hidup kita. Takut akan Tuhan tidak sama dengan mulut kita mengatakan takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan sama dengan hidup mengekspresikan cinta kasih yang utuh dalam buah-buah nyata yang bisa dilihat mata. Dan orang lain bisa menilai dan tahu: “Inilah orang yang takut akan Tuhan”. Ini tidak bisa dimanipulaisi, bukan sekadar gaya dan penampilan, kerohanian, teriakan atau kesaksian, bukan pula demonstrasi keagamaan, tetapi keluar dari hati yang jujur. 
Takutlah pada Tuhan dengan memilih ketetapan-ketetapan-Nya, bukan ketetapan dunia, sehingga engkau berani seperti yang dikatakan Yesus: “Kalau mau ikut Aku sangkal diri, pikul salib!”

Related Posts:

HANYA YANG SIAP MENGHADAPI KEMATIAN, DAPAT BENAR-BENAR HIDUP

Nats : Ibrani 9:27-28

Pengkhotbah : Ev. Solomon Yo

usia tua. Kita harus siap kapan saja dan dimana saja. Suatu realita hidup yang begitu tragis sekali dimana sesungguhnya hidup manusia itu begitu rentan dan singkat. Hans Baldung melukis suatu lukisan yang diberikan judul: “Tingkat-tingkat kehidupan dengan kematian.” Ia ingin mengungkapkan mengenai tingkat kehidupan dimana ketika manusia lahir dengan keadaan secara jasmani begitu indah, kemudian kecantikan yang sempurna didalam seorang manusia dalam kedewasaannya, selanjutnya berubah dengan timbulnya keriput karena tua dan akhirnya menjadi satu mayat yang begitu mengerikan. Semuanya ini merupakan sesuatu yang tidak da­­­pat kita hindarkan sebagai manusia, kita semua menjalani hidup dibawah bayang-bayang maut.  

Disini terdapat beberapa sikap atau cara orang dalam menghadapi kematian: 1). Sikap yang naif. Orang berusaha menghindari membicarakan hal-hal yang se­­demikian karena itu hanya akan menimbulkan ketakutan/kesialan. Sikap ini mirip seperti burung onta yang ketika dalam bahaya menyembunyikan kepalanya kedalam lobang dan membiarkan tubuhnya masih ada. 2). Sikap yang sangat “berhikmat.” Epikuros mengajarkan satu etika yang sepertinya amat indah tetapi didalamnya humanistik atheis yang sangat menyesatkan didalam pandangan Kristen. Ia mengatakan, “Ketika kita takut mati berarti kita belum mati, dan ketika kita sudah mati, kita sudah tidak bisa takut, karena itu kita tidak perlu takut mati.” Asumsinya adalah ketidakpercayaan kepada adanya Tuhan yang campur tangan mengurus kehidupan manusia seperti didalam konsep Kristen, serta adanya jiwa setelah kematian. 

Apakah kematian itu, mengapa ada kematian dan bagaimana cara kita menghadapi masalah kematian? Kita akan melihat hal ini dalam dalam perspektif Kristen. Iman Kristen melihat kematian sebagai sesuatu yang abnormal/sesuatu yang buruk sekali. Didalam kematian Lazarus, dikatakan disitu bahwa Yesus menangis (Yunani: mengandung suatu kesedihan dan kemarahan terhadap kondisi manusia yang sebenarnya bukan diperkenan Tuhan). Allah menciptakan manusia supaya hidup bahagia dalam persekutuan dan menikmati rahmat Tuhan yang limpah, tetapi karena dosa manusia, kematian datang kedalam hidup manusia. Kematian harus dimengerti dalam tiga rangkap arti yaitu bukan hanya kematian secara fisik tetapi kematian rohani dan kekal. Kejatuhan manusia dalam dosa mengakibatkan hubungannya dengan Allah terputus dan ia dikuasai oleh iblis sehingga mati secara rohani, dan itu membuat manusia menjadi mahkluk yang dipenuhi dengan segala permasalahannya, karena dosa sudah menghancurkan hidupnya. Maka ketika kematian fisik tiba, itu berarti habisnya kesempatan untuk dipulihkan, dilepaskan dari hu­kuman Tuhan dan diselamatkan. Ketika kita mati maka kondisi dalam dosa inilah yang akan kita bawa didalam kekekalan, kita mati kekal. Inilah yang harus kita takuti! Kita tidak takut kepada kematian fisik tetapi yang kita takuti ialah kita memasuki kekekalan didalam kondisi yang celaka dan dikuasai oleh dosa. 

Semua pengajaran manusia tidak akan pernah membuat manusia lepas dari dosanya. Martin Luther pernah dalam pergumulannya melawan dosa hampir putus asa. Dia ingin selamat dan untuk selamat ia harus mencapai standar kesucian dan puncaknya adalah mengasihi Tuhan. Namun ia tahu bahwa ia tidak sanggup dan kesimpulannya pasti binasa sehingga bagaimana mungkin yang akan binasa dapat mengasihi yang akan membinasakannya. Disinilah justru melalui anugerah Tuhan ia dibenarkan oleh iman. Kristus didalam kesempurnaan Allah dan manusia mati menebus dosa manusia. Ia menerima segala hukuman yang harusnya ditanggung manusia dan didalam kuasanya Ia memiliki hidup yang tidak berkebinasaan yang ketika sengat maut mau menghancurkan justru kuasa hidup menhancurkan, me­­­matahkan dan memberikan kemenangan bagi kita semua. Bangkit dengan tubuh kemuliaan yang akan diberikan juga menjadi bagian kita sehingga Ia akan disebut sebagai yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati. Demikianlah mereka yang berharap dan percaya kepadaNya mendapatkan janji kebangkitan dari­pada kematian, hidup yang tidak berkebinasaan. Kematian Yesus yang sudah menghancurkan kuasa setan dan dosa secara sempurna memberikan jawaban bagi permasalahan kita bahwa kematian bukan lagi menjadi sesuatu yang menakutkan, karena sengatnya sudah dipatahkan dan hidup kita yang sementara, yang satu hari nanti akan mati akan dibangkitkan. 

Dengan pengertian ini kita dapat meresponi realita kematian dan bagaimana kita menjalani hidup ini dengan sebaik dan sebijaksana mungkin. Ada beberapa point yang akan kita renungkan bersama, yaitu: 1). Kesadaran bahwa kematian merupakan masalah terbesar yang harus kita selesaikan membawa kita pada urgensinya untuk membereskan hubungan kita dengan Tuhan. Mungkin ada orang yang sudah giat melayani bahkan mungkin menjadi hamba Tuhan, namun apakah se­sungguhnya hidup kita sudah dilahirkan kembali? Paulus mengatakan, “Aku mengawasi diriku, supaya jangan setelah aku melayani Tuhan orang diselamatkan tetapi aku sendiri yang ditolak.” Orang Reformed harus menjaga antara kemantapan jaminan keselamatan dan sikap rendah hati yang mau mengevaluasi diri. Dua-duanya tid­ak bertentangan dan hal ini harus kita miliki. Blaise Pascal mengatakan bahwa sekalipun manusia begitu kecil tetapi manusia tetap lebih agung daripada alam semesta karena ia memiliki rasio dan sifat yang begitu mulia, namun ia begitu bodoh karena jiwanya yang kekal dan bersifat sangat penting tidak sungguh-sungguh dipikirkan secara serius dan dijaga. 

2). Pemikiran akan sorga memberikan kita dorongan dan kekuatan yang besar untuk melakukan karya-karya besar bagi dunia ini. C.S. Lewis mengatakan, “Jika anda membaca sejarah maka anda akan mendapati bahwa orang-orang yang berbuat paling banyak bagi dunia ini adalah mereka yang paling banyak berpikir mengenai dunia yang akan datang. Mereka semua telah meninggalkan jejak mereka didalam dunia ini karena pemikiran mereka diisi oleh sorga. Justru karena orang Kristen pada umumnya tidak lagi berpikir mengenai dunia yang akan datang maka mereka menjadi tidak efektif dan berguna didunia ini.” Para pahlawan iman seringkali merupakan orang yang mempunyai banyak penyakit, kelemahan dan hambatan tetapi mereka tidak dapat dihalangi karena panggilan sorgawi mereka begitu jelas sehingga mereka tidak dapat diam sekalipun menghadapi halangan apa saja. Inilah hal yang paradoks dan sekaligus ironis! Justru karena kita terlalu sehat dan ba­nyak kesempatan untuk menikmati hidup akhirnya hidup kita menjadi sia-sia dan tersesali waktu tua. Dalam Flp 3:14; 20-21 dikatakan, “Aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Paulus adalah orang yang teguh sampai pada garis akhir dengan penuh kemenangan (diperjelas dalam II Kor 4:16-18). 

3). Kesadaran bahwa setelah mati kita akan memperoleh hadiah atau hukuman dari Allah, itu memberikan pada kita sense of responsibility khususnya didalam kehidupan moral kita. Viktor Frankl melihat arti penting dari kematian didalam kehidupan manusia. Ia mengatakan, “Jika manusia tidak dapat mati maka tentunya ia akan dapat dan dibenarkan untuk menangguhkan setiap tindakan untuk waktu yang lama dan selama-lamanya. Ia tidak perlu membuat keputusan, karena apa yang ia putuskan tidak akan memberikan perubahan, karena masih ada kesempatan. Namun dengan adanya kematian sebagai akhir mutlak bagi masa depan dan pembatas bagi kemungkinan maka kita memiliki keharusan untuk tidak melewatkan satu peluangpun untuk melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi seluruh hidup kita. Kesadaran akan kematian membuat kita serius dan sadar bahwa kita tidak akan berada terus-menerus dalam dunia ini, sehingga keputusan yang kita buat mempunyai pertanggungjawaban terhadap Tuhan. Dan itu juga memberikan pada kita satu kerelaan untuk melayani tanpa dilihat manusia. Kesadaran inilah yang akan membuat moral dan etika kita menjadi berbeda. 

4). Pikiran akan sorgawi memberikan pada kita satu perspektif Calvin yang benar untuk menetapkan nilai hidup dan hikmat bagaimana membangun kehidupan kita yang paling berarti dan limpah. Rahasianya sudah ada dalam firman Tuhan yaitu dalam I Kor 7:29-31 dikatakan: “… sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.” John Calvin memberikan suatu pandangan dimana sikap kita mempergunakan hal-hal dunia ini seharusnya seperti seorang musafir yang pemikirannya terarah pada negeri sorgawi yang sedang kita tuju. Dengan demikian kita akan menjadi orang yang mempunyai sikap siap rela melepaskan segala milik dan kenikmatan yang kita peroleh dengan tangan terbuka sebagai persembahan pada Tuhan. Dan ketika kita memperoleh berkat nikmat, kita menerimanya sebagai pembangkit selera atas nikmat sorga yang lebih tinggi yang akan mengingatkan kita pada suatu kelimpahan yang lebih besar yang sedang menanti kita didunia yang akan datang. Inilah paradoks! Kalau kita tidak memiliki sikap demikian maka kita berada dalam kondisi berbahaya. Kita hanya mampu mengasihi kehidupan kita yang sesungguhnya ketika kita sungguh-sungguh telah belajar menganggap rendah dunia ini. Kita menerima anugerah Tuhan karena memberikan kenikmatan untuk kita nikmati tetapi kita mengucap syukur pada Tuhan dan itu tidak pernah mengikat lalu ketika kehilangan kita anggap bahwa Tuhan kita yang hilang dan Tuhan tidak penting. Waktu itulah baru nyata mana yang penting! Seorang yang berusia 28 tahun bernama Jim Elliot mengatakan satu perkataan yang sangat terkenal: “Orang yang melepaskan apa yang tidak dapat dipertahankan dan memegang erat apa yang tidak dapat direbut darinya bukanlah orang yang bodoh. Kalau kita tidak memahami dengan baik akan hal ini maka dalam kehidupan kita seringkali terjadi cekcok karena hal-hal yang sepele, sehingga hal yang penting kita korbankan. Biarlah kita me­miliki kebijaksanaan untuk melihat hal ini. 

5). Selanjutnya kita akan melihat bahwa pemikiran sorgawi ini akan menolong dan mengangkat kita mengatasi kehidupan yang tidak mudah dan memberikan kekuatan yang dibutuhkan untuk bersabar dalam kehidupan didunia ini sampai tiba waktunya Allah membawa kita kembali ke sorga. Didalam dunia ini banyak orang yang susah dan memiliki banyak masalah tanpa terkecuali orang yang mempunyai materi. Sehingga orang baru dapat menerima seluruh realita hidup yang berdosa ini jika ia memiliki satu pengharapan akan mendapatkan sesuatu yang lebih indah. Terkadang didalam kekurangan orang justru itu menjadi suatu kelebihan/ anugerah yang semua orang sebenarnya tidak mau tetapi kemudian setelah menjalaninya ia baru menyadari bahwa itu anugerah Tuhan. 

Orang yang tidak mempersiapkan dan memikirkan kematian, saya pikir adalah orang yang tidak siap hidup. Dengan pemahaman mengenai realita kefanaan, pencarian mengenai makna kehidupan dan harapan dari Tuhan akan memberikan kepada kita suatu sikap dimensi hidup dan satu standar hidup yang akan menjadikan kita manusia sesungguhnya (Mzm 8). Biarlah kita tidak melupakan akan panggilan sorgawi, harapan sorga supaya kita tahu hidup yang bijaksana menganggap rendah apa yang memang sepele dan mementingkan apa yang memang bersifat kekal. Biarlah saat ini kita meresponi dan bertekad memperbaharui hidup sesuai dengan apa yang telah diajarkan Roh Kudus melalui firman yang disampaikan hambaNya. Amin.?

Related Posts:

Keluarga Yang Diberkati dan Menjadi Berkat

Ayat Pokok : Mazmur 37:35-25
“ Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah  
  kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;
  tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak  
  cucunya menjadi berkat .”

PENDAHULUAN
Daud penulis Mazmur 37 membandingkan keberhasilan orang fasik dengan orang benar yang takut akan Tuhan. Tanpa mengandalkan Tuhan,bisa saja orang fasikmengumpulka kekayaan dengan ketekunan dan kerajinan atau dengan kelicikan dan kejahatannya.
“ Orang-orang fasik menghunus pedang dan melentur busur mereka untuk merobohkan orang-orang sengsara dan orang-orang miskin, untuk membunuh orang-orang yang hidup jujur;
( Mazmur 37:14 )

Hidup orang fasik bisa saja sepertinya secara materi diberkati,namun tidak mungkin menjadi berkat secara rohani.Bahkan diri orang fasik sendiripun akan berkahir dalam kebinasaan
“….Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik;… ”
( Mazmur 37:10 )
“..Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa;..”
( Mazmur 37:20 )

Tentunya kita ingin memiliki kehidupan rumah tangga atau keluarga yang diberkati dan pada gilirannya menjadi berkat.

AGAR KELUARGA DIBERKATI DAN MENJADI BERKAT
Bagaimanana agar keluarga kita dapat menjadi keluarga yang diberkati dan menjadi berkat?
Mari kita memperhatikan tuntunan firman Tuhan yang terdapat dalam Mazmur 37:35-36

Pertama: Milikilah kehidupan yang benar
“….tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan,..” ( Mazmur 37:20 )
Orang benar tidak didefinisikan sebagai orang yang tidak pernah berbuat dosa atau kesalahan.Orang benar adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan dibenarkan oleh kuasa darah-Nya

“ Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” 
( 1 Petrus 18:19 )


Dalam menjalankan kehidupannya “ orang benar ” takut akan Tuhan

“ Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.”

( Mazmur 112:1 )

Keluarga yang menjalankan roda kehidupannya dengan benar,pasti akan harmonis,diberkati dan menjadi berkat bagi orang-orang disekitarnya. Masing-masing anggota keluarga,baik suami-istri, dan anak-anak bertanggung jawab menjalankan peranannya. Bukan karena takut kepada manusia tetapi “ takut kepada Tuhan”.

Takut akan Tuhan mencakup :
- Kehidupan yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan
- Menjauhkan diri dan membenci dosa
- Melakukan kebenaran firman Tuhan dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Mari kita doakan suami kita,Istri kita atau anak-anak kita supaya senantiasa hidup takut akan Tuhan. Demikian juga mari kita mulai dari diri kita pribadi lepas pribadi senantias berusaha menjadi orang yang takut akan Tuhan dan rendah hati.

“ Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.”
( Amsal 22:4 )

Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.”
( Amsal 14:27 )

Orang benar dijanjikan tidak akan ditinggalkan sampai anak-cucunya meminta-minta,tetapi sebaliknya dijanjikan berkat ada diatas kepala orang benar

“ Berkat ada di atas kepala orang benar, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.”
( Amsal 10:6 )
Yang kedua, agar keluarga kita diberkati dan menjadi berkat: Praktekkanlah kehidupan yang penuh dengan kemurahan dan belas kasihan.

“tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat .”
( Mazmur 37:26 )

Jika keluarga kita tidak mempraktekkan kehidupan yang murah hati dan penuh dengan belas kasihan,jangan harap kita akan diberi kemurahan.

“ Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”
( Galatia 6:7 )

“ Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”
( Galatia 6:10 )

Orang yang kaya secara materi,belum tentu otomatis kaya dalam kemurahan. Tidak jarang kita melihat orang yang semakin kaya,semakin kikir dan tidak mau peduli dengan orang lain

Kemurahan hati adalah buah Roh Kudus
 “ Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,..”
( Galatia 5:22 )
Jemaat Makedonia adalah teladan dalam kemurahan hati

“ Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.”
( 2 Korintus 8:2 )

Kasih adalah dasar hubungan antara suami-istri

“ Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya ”

( Efesus 5:25 )

PENUTUP
Kekayaan dan kehormatan bukanlah segala-galanya. Kejarlah yang utama yaitu hidup takut akan Tuhan dan dalam kemurahan hati,maka kekayaan dan kehormtan akan menjadi bonus dalam kelauarga atau rumah tangga kita. Dengan demikian keluarga yang diberkati dan menjadi bekat bukan sekedar impian tetapi akan menjadi kenyataan.Bersama Tuhan kita mampu mewujudkannya.
Amin
Tuhan Yesus memberkati

Lagu: - Mengasihi Lebih Sungguh
  - Kasih Pasti Lemah Lembut 

Related Posts:

Milikilah Iman Yang Mulia

Oleh: Pdt.FZ. Assa

Kisah Para Rasul 5 : 40 - 42 -- Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.Satu pengalaman yang sangat bertentangan/paradoks dengan keberadaan Petrus sebagai seorang yang diurapi oleh Roh Kudus, paradoksnya Roh Kudus mendemonstrasikan kuasaNya melalui hidup Petrus. Ananias dan Safira mati karena mereka mencoba membohongi Petrus dan Roh Kudus - tapi justru Petrus ditangkap lalu dipenjarakan sepertinya tidak ada pembelaan dari Tuhan. Ia tidak suntuk dan menyesal sekalipun disesah dan berada dalam ancaman ketika dilepaskan dari penjara. Rahasia iman yang dimiliki Petrus dan alasan mereka bergembira karena mereka dianggap layak menderita penghinaan karena Nama Yesus. Berangkat dari pengalaman itu Petrus kemudian jelaskan dalam II Petrus 1 : 1. Petrus menempatkan dirinya sejajar dengan orang percaya lainnya yang tersebar di berbagai tempat dan akan memperoleh iman yang mulia (precious faith). Keyakinan Petrus, kita pun akan memperoleh iman yang mulia bukan hanya memperoleh iman yang besar. Iman yang mulia tidak sama dengan iman yang besar (mereka akan mengalami pengalaman-pengalaman supranatural, mujizat akan terjadi, gunung bisa pindah). Tetapi iman yang mulia, sekalipun nyata-nyata mengalami penyertaan Tuhan tapi ketika Petrus ditangkap dan dibuang ke penjara ia tidak menyesal, tetap punya komitmen saya mau tetap dekat, taat dan setia kepada Yesus. I Tesalonika 1 : 2 - 8. Jemaat Tesalonika adalah jiwa-jiwa baru tapi mereka mengalami aniaya. Sekalipun dalam aniaya mereka tetap bertekun di dalam iman, kasih dan pengharapan kepada Tuhan sehingga mereka disebut jemaat teladan. Mereka yakin porsi mereka boleh dirampas oleh dunia tetapi Tuhan sediakan porsi mujizat dan Firman Allah yang mereka terima terus terdengar sampai ke seluruh dunia dan orang Kristen di seluruh dunia mendengar bagaimana hebatnya iman orang Tesalonika.Apa dan bagaimana iman yang mulia itu? Matius 17 : 20 hubungkan dengan Lukas 17 : 5 - 6. Iman yang mulia bukan iman yang besar. Iman yang besar akan Tuhan berikan kepada semua orang percaya. Dengan iman yang besar sekalipun kita mempunyai iman sekecil biji sesawi bisa mengerjakan pohon pindah ke laut. Seorang yang mau Tuhan didik agar ia memiliki iman yang mulia, ketika ia minta pohon untuk tercabut dan tenggelam di laut karena pohon itu selalu mengusik dan menyusahkan dia, pohon itu bukannya tercabut dan tenggelam di laut tapi pohon itu semakin besar. Tuhan ingin membentuk kita bukan hanya memiliki iman yang besar tapi Tuhan ingin temukan di akhir zaman kita memiliki iman yang mulia, sekalipun pohon tidak tercabut dan kita terusik olehnya tapi kita memiliki komitmen saya tetap mau mengasihi serta melayani Tuhan. Ada satu ketika anak Tuhan tidak dimanja, ketika ia minta agar gunung dipindahkan tapi justru gunung itu masih di sana, Tuhan ingin kita menjadi orang Kristen yang berkualitas/bermutu. Tuhan ingin membentuk kita sama halnya dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego, Tuhan latih mereka untuk memiliki iman yang mulia bukan hanya punya iman yang besar ketika berhadapan dengan dapur api mereka punya komitmen seandainya Tuhan tidak menolong, sekali-kali kami tidak meninggalkan Tuhan, kami mau tetap setia. Jadilah orang Kristen yang mempunyai iman yang mulia sekalipun Tuhan tidak menolong, sekalipun gunung tidak dipindahkan, sekalipun pohon tidak dicabut dari hadapan saya, saya mau tetap setia mengiring dan melayani Tuhan. Amin. (WJ GPdI Temanggung - 251107)

Related Posts:

Rumah Tangga yang Diberkati

Oleh: Pdt.Dr.Erastus Sabdono,M.Th

Saudara-saudaraku yang terkasih,

Hal berumah tangga adalah pokok penting yang sangat kita butuhkan. Sebab menurut catatan, angka perceraian semakin meningkat. Konon di dunia barat, dua dari tiga perkawinan mengalami perceraian. Saat ini tiga dari lima perkawinan mengalami perceraian. Lalu bagaimana dengan rumah tangga orang Kristen saat ini?

Seharusnya hidup anak-anak Tuhan tidaklah seperti itu. Karena rumah tangga yang dibangun dari perkawinan itu, ternyata lahir dari inisiatif Allah sendiri. Itulah sebabnya Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan sebagai pria dan wanita. Dualitas manusia ini telah mengandung rencana Tuhan.

Dalam Kej. 1:28 Alkitab mengatakan, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’” Ayat ini mengandung makna prokreasi, yang artinya Allah telah memercayakan manusia untuk menciptakan manusia-manusia lain. Ini adalah suatu hal yang luar biasa! Untuk itu Allah sangat mengharapkan sekali agar setiap anak Tuhan, baik pria maupun wanita dapat menghargai dan menghormati sebuah perkawinan dan rumah tangga.

Dalam mengarungi lautan kehidupan ini, saya sadar betul bahwa bahtera rumah tangga kita tidaklah akan lepas dari badai dan gelombang-gelombang pencobaan. Untuk itu marilah kita memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab dalam Ef. 5:22-28 sebagai undang-undang perkawinan yang harus kita taati.

Dalam ayat tersebut kita dapat melihat aturan main dalam rumah tangga Kristen. Dan aturan ini tidak dapat kita tawar-tawar. Aturan yang pertama, perkawinan itu adalah monogami. Tidak ada yang namanya pria atau wanita idaman lain. Kita sebagai umat Perjanjian Baru adalah anak-anak Tuhan yang dikembalikan kepada pola rumah tangga ideal seperti yang Allah kehendaki sejak Allah menciptakan manusia pada mulanya. Kejatuhan manusia dalam dosa membuat manusia tidak dapat mencapai standar kesucian Allah, juga dalam membangun rumah tangga yang ideal; sehingga kita menemukan umat Perjanjian Lama tidak memiliki pola hidup rumah tangga yang ideal. Tuhan tidak menuntut mereka, karena mereka tidak memiliki Roh Kudus seperti yang kita miliki. Mereka tidak memberi kebenaran seperti yang kita miliki. Ingat, yang diberi banyak, dituntut banyak; dan yang diberi sedikit, akan dituntut sedikit (Luk. 12:48). Standar hidup kita haruslah berbeda dengan standar hidup orang dunia.

Aturan yang kedua, pernikahan Kristen adalah perkawinan yang antiperceraian. Hanya kematian yang dapat memisahkan pernikahan tersebut. Dalam kekristenan, kata “cerai” adalah kata yang paling pantang diucapkan oleh seorang suami atau istri. Apa pun kesalahan yang dilakukan oleh pasangan kita, Tuhan mengajarkan untuk mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kita.

Aturan yang ketiga, istri tunduk kepada suami, dan suami harus mengasihi istrinya. Hal ini bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukanlah hal yang mustahil. Untuk itu, pasangan suami-istri harus tumbuh bersama di dalam pengenalan yang benar akan Tuhan. Suami dan istri harus berani untuk menyangkal diri setiap hari demi keutuhan keluarga dan demi kemuliaan Surga.

SolaGracia.

Related Posts:

MISKIN DIHADAPANNYA

Oleh: Pdt. Dr.Erastus Sabdono.M.Th

Saudara-saudaraku yang terkasih,

Bila kita membaca kitab Kejadian 32:22-32, kita akan melihat kisah pergumulan antara Yakub dengan Allah. Pergumulan itu terjadi ketika Yakub sedang berada dalam puncak kesulitannya. Pada saat itu ia sedang bermasalah dengan Esau yang telah ia tipu. Dalam pergumulannya dengan Tuhan, sendi pangkal pahanya terpelecok karena dipukul.

Apa yang kita dapat timba dari pengalaman Yakub ini? Kesombongan manusia berpijak pada sikap hatinya yang merasa mampu menopang dirinya dengan segala kemampuan yang ada padanya, sehingga ia merasa sering jatuh pada kesalahan seperti ini. Dan biasanya pula Tuhan memaksa mereka untuk mengalami apa yang pernah dialami oleh Yakub. Tuhan akan memukul pangkal pahanya untuk membuatnya tidak dapat berdiri tegak, dan pada saat itulah manusia akan menyadari bahwa ia adalah makhluk yang terbatas, dan mulai mengakui kebesaran Tuhan atas hidupnya.

Dalam kisah Raja Nebukadnezar dalam kitab Daniel, kita akan melihat bahwa raja tersebut tidak lagi mengakui kebesaran Tuhan Semesta Alam sebagai yang Mahabesar karena ia sudah merasa besar. Padahal ia sudah menyaksikan sebelumnya lewat hikmat Daniel. Ia malah hanyut tenggelam dalam kesombongannya, dan Tuhan menjatuhkannya! (Dan. 4:24-25)

Dalam cerita ini kita akan mengetahui bahwa ketika kita mencoba untuk berpaling kepada kekuatan di luar Tuhan dan merasa aman, di situ kita akan kurang mengakui atau tidak mengakui kebesaran-Nya. Dan Tuhan tidak akan tinggal diam. Ia akan meremukkan kita. Jadi percuma kita berkata kepada Tuhan bahwa Tuhan Mahabesar, kalau ternyata sikap hati kita tidak dapat membuktikan apa yang kita ucapkan. Sudah sedemikian hebatkah kita, sehingga kita berani hidup tanpa bergantung pada kekuatan Tuhan?

Banyak contoh dalam Alkitab yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Tetapi pada prinsipnya kita menemukan bahwa Tuhan selalu menentang orang sombong dan mengasihi orang yang rendah hati. Alkitab dalam Yak. 4:6 mengatakan, “Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: ‘Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.’” Inilah karakter Tuhan Semesata Alam yang harus kita kenali betul. Kita tidak bisa memperlakukan-Nya dengan semau kita, terlebih bila kita adalah kekasih-Nya yang telah coba-coba untuk berzina dalam hati dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri.

Salah satu hal yang harus kita takuti dari Tuhan adalah kecemburuan-Nya. Dalam hal ini Tuhan ingin membentuk hati kita agar mau mengakui kebesaran-Nya dan bergantung penuh pada kekuatan-Nya. Sebab itu bagi Saudara yang sedang merasa kuat karena memiliki sesuatu, hati-hati! Janganlah Saudara coba-coba berlindung di balik uang, prestasi, gelar, karier dan reputasi yang Saudara miliki. Karena itu adalah perzinaan rohani, dan Tuhan akan meremukkan kita. Ia tidak mau kita terjerumus dan binasa, itulah mengapa Ia selalu cemburu terhadap hal-hal yang membuat kita tidak bergantung kepada-Nya. Kecemburuan Tuhan bukan berakar pada ego-Nya, melainkan berakar pada kasih-Nya. Ia tahu betul kita akan binasa bila tidak bergantung penuh pada-Nya. Tuhan cemburu karena Ia ingin menyelamatkan kita dari kebinasaan, bukan karena Ia iri atau tidak ingin melihat kita hidup senang.

Akhirnya saya ingin mengajak Saudara untuk tetap merasa kecil dan miskin di hadapan Allah agar supaya benih-benih kesombongan tidak merajalela atas hidup kita, sehingga Allah dapat berdaulat penuh di dalam hidup kita.

SolaGracia.

Related Posts: